TOKOH-TOKOH SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI DI DUNIA
Masih banyak orang yang
sulit membedakan antara sosiologi dan antropologi. Hal ini terjadi karena kedua
ilmu tersebut sama-sama mempelajari masyarakat dan seringkali pembahasannya
dicampuradukkan.[1] Pada dasarnya sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari struktur sosial dan proses sosial dalam menjelaskan perilaku
manusia. Sedangkan antropologi adalah ilmu yang mempelajari hasil karya, cipta,
dan rasa manusia, yang didasarkan pada karsa dan ciri-ciri fisik manusia.
Seseorang yang
mempelajari lebih dalam ilmu sosiologi biasanya disebut dengan sosiolog. Sedang
seseorang yang mempelajari secara mendalam ilmu antropologi biasanya disebut
dengan antropolog. Untuk dapat membedakan dan mempelajari kedua bidang
tersebut, kita terlebih dahulu mempelajari para Sosiolog dan Antropolog yang
berpengaruh agar kita dapat mengetahui teori-teori dari masing-masing tokoh
sehingga memudahkan kita untuk mempelajari dan memahami ilmu sosiologi dan antropologi.
1. PEMIKIR ISLAM
Pemikir Islam tentang
Sosiologi dan Antropologi Islam yang masyhur banyak sekali. Sosiolog Islam
diantaranya adalah: Abu Dzar Al- Ghifari, Ibnu Kholdun, Selo Soemardjan, dan
Hassan Hanafi. Sedangkan Antropolog Islam diantaranya adalah Koentjaraningrat
dan Parsudi Suparlan.
Sosiolog Islam
1) Abu Dzar
Al-Ghifari
Abu Dzar berasal dari
Suku Ghiffar yang tinggal di daerah yang dilalui oleh kafilah-kafilah dagang.
Sebelum masuk Islam dia adalah pemuka kelompok Ghifari. Dia seorang penganut
ideologi yang bersedia untuk mati demi tegaknya kebenaran. Baginya kebenaran
adalah mengatakan sesuatu yang hak dengan terus terang dan menentang yang
batil. Dia adalah tokoh pembela kaum mustad’afin atau kaum yang tertindas,
seorang Muslim yang komited, tegar, revolusioner, yang menyampaikan pesan
persamaan, persaudaraan, keadilan, dan pembebasan. Dia melakukan
demonstrasi-demonstrasi dan tunjuk perasaan menentang kedzaliman penguasa. Dia
menyampaikan kontrol sosial, meminta kepada orang yang berkuasa untuk berlaku
adil terhadap rakyat miskin yang telah kehilangan hak-haknya. Dia juga
mendorong masyarakat untuk merebut hak mereka dan memberantas kemiskinan yang
mendekatkan diri kepada kekufuran. [2]
2) Ibnu
Khaldun (1332-1406)
Sejarawan dan Bapak
Sosiologi Islam ini berasal dari Tunisia. Ia keturunan dari Yaman dengan nama
lengkapnya Waliuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Abi Bakar Muhammad bin Al
Hasan. Namun, ia lebih dikenal dengan nama Ibnu Khaldun. Nama popular ini
berasal dari nama keluarga besarnya, Bani Khaldun.
Ia lahir di Tunisia
pada tanggal 27 Mei 1332. di tanah kelahirannya itu, ia mempelajari berbagai
macam ilmu, seperti Syariat (Tafsir, Hadist, Tauhid, Fikih), Fisika dan
Matematika. Sejak kecil, ia sudah hafal Al Quran. Saat itu, Tunisia menjadi
pusat perkembangan ilmu di Afrika Utara.
Karya-karya besar yang
lahir ditangannya, yaitu sebuah kitab yang sering disebut Al ‘Ilbar (Sejarah
Umum), terbitan Kairo tahun 1284. Kitab ini terdiri atas 7 jilid berisi kajian
Sejarah, yang didahului oleh Muqaddimah (jilid 1), yang berisi tentang
pembahasan masalah-masalah sosial manusia.
Muqaddimah (yang
sebenarnya merupakan pembuka kitab tersebut) popularitasnya melebihi kitab itu
sendiri. Muqaddimah membuka jalan menuju perubahan ilmu-ilmu sosial.
Menurut pendapatnya, politik tak bisa dipisahkan dari kebudayaan dan masyarakat
dibedakan atas masyarakat kota dan desa. Dalam Muqaddimah ini pula Ibnu
Khaldun menampakkan diri sebagai ahli Sosiologi dan Sejarah. Teori pokoknya
dalam Sosiologi Umum dan Politik adalah konsep ashabiyah (solidaritas
sosial). Asal-usul solidaritas ini adalah ikatan darah yang disertai kedekatan
hidup bersama. Hidup bersama juga dapat mewujudkan solidaritas yang sama kuat
dengan ikatan darah. Menurutnya, solidaritas sosial itu sangat kuat terlihat
pada masyarakat pengembara, karena corak kehidupan mereka yang unik dan kebutuhan
mereka untuk saling Bantu. Relevansi teori ini misalnya dapat ditemukan pada
teori-teori tentang konsiliasi kelompok-kelompok sosial dalam menyelesaikan
konflik tantangan tertentu. Relevansi teori Khaldun, misalnya juga dapat
ditemukan dalam teori Ernest Renan tentang kelahiran bangsa. Tantangan yang
dihadapi masyarakat pengembara dalam teori Khaldun tampaknya, meski tidak
semua, pararel dengan “kesamaan sejarah” embrio bangsa dalam teori Ernest
Renan. Kebutuhan untuk saling Bantu mengatasi tantangan ini juga memiliki
relevansi dalam kajian-kajian psikologi sosial terutama berkenaan dengan
kebutuhan untuk mengikatkan diri dengan orang lain atau kelompok sosial yang
lazim disebut afiliasi.[3]
Karya Ibnu Kholdul yang
lain adalah Kitab al-‘Ibar, wa Diwan al-Mubtada’ wa al-Khabar, fi Ayyam
al-‘Arab wa al-‘Ajam wa al-Barbar, wa man Asharuhum min dzawi as-Sulthani
al-‘Akbar. (Kitab Pelajaran dan Arsip Sejarah Zaman Permulaan dan Zaman Akhir
yang mencakup Peristiwa Politik Mengenai Orang-orang Arab, Non-Arab, dan
Barbar, serta Raja-raja Besar yang Semasa dengan Mereka), yang kemudian
terkenal dengan kitab ‘Ibar, yang terdiri dari tiga buku: Buku pertama, adalah
sebagai kitab Muqaddimah, atau jilid pertama yang berisi tentang: Masyarakat
dan ciri-cirinya yang hakiki, yaitu pemerintahan, kekuasaan, pencaharian,
penghidupan, keahlian-keahlian dan ilmu pengetahuan dengan segala sebab dan
alasan-alasannya. Buku kedua terdiri dari empat jilid, yaitu jilid kedua,
ketiga, keempat, dan kelima, yang menguraikan tentang sejarah bangsa Arab,
generasi-generasi mereka serta dinasti-dinasti mereka. Di samping itu juga
mengandung ulasan tentang bangsa-bangsa terkenal dan negara yang sezaman dengan
mereka, seperti bangsa Syiria, Persia, Yahudi (Israel), Yunani, Romawi, Turki
dan Franka (orang-orang Eropa). Kemudian Buku Ketiga terdiri dari dua jilid
yaitu jilid keenam dan ketujuh, yang berisi tentang sejarah bahasa Barbar dan
Zanata yang merupakan bagian dari mereka, khususnya kerajaan dan negara-negara
Maghribi (Afrika Utara).[4]
3) Selo
Soemarjan (1915 – 2003)
Prof. Dr. Kanjeng
Pangeran merupakan seorang sosiolog yang mantan camat, kelahiran Yogyakarta 23
Mei 1915. Penerima Bintang Mahaputra Utama dari pemerintah ini adalah pendiri
sekaligus dekan pertama Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (kini
FISIP-UI) dan dosen sosiologi di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Beliau
dikenal sebagai Bapak Sosiologi Indonesia setelah tahun 1959, seusai meraih
gelar doktornya di Cornell University, Amerika Serikat. Pada tanggal 30 Agustus
1994, beliau menerima gelar Ilmuwan Utama Sosiologi.[5] Menurut beliau, sosiologi merupakan ilmu yang
mempelajari struktur sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jaringan antara
unsure sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial),
lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok, serta lapisan-lapisan sosial.[6] Karya-karya Beliau yang telah diterbitkan
diantaranya adalah Social Changes in Yogyakarta (1962) dan Gerakan 10
Mei di Sukabumi (1963).
4) Hassan
Hanafi (1935 – …)
Hanafi dilahirkan pada
tanggal 13 Februari 1935 di Kairo, berasal dari keluarga musisi. Pendidikannya
diawali pada tahun 1948, tamat pendidikan tingkat dasar dan Madrasah Stanawiyah
“Khalil Agha” Kairo dalam waktu empat tahun. Semasa itu, telah mengikuti
berbagai diskusi pemikiran Ikhwan Al Muslimin dan tertarik pada pemikiran
Sayyid Qutb tentang keadilan sosial dan Islam. Sejak itu, ia berkonsentrasi
kepada pemikiran agama, revolusi, dan perubahan sosial.
Hasan Hanafi seorang
pemikir keislaman yang sudah tidak asing lagi, didunia Arab khususnya yang
sangat produktif. Ia menguasai tiga bahasa: Arab, Inggris, dan Prancis.
Diantara karya-karya fundamentalnya adalah: Min Al-‘Aqidah Ila Al-Tsaurah
(1988), Religious Dialogue Revolution: Essays Judaisn, Christianity and
Islam (1977), dan La Phenomenologie de I’Exegese, Essei d’une
hermeneutique Existentielle a partir du nouveau Testamenet (1966). Selain
itu, Hanafi juga banyak menulis artikel di beberapa jurnal ilmiah berbahasa
Arab, disamping mentahqiq teks-teks klasik Arab dan menterjemahkan beberapa
buku tentang bahasa dan filsafat ke dalam Bahasa Arab.
Pemikiran Hanafi
meliputi tiga model. Model pertama, adalah peranan Hanafi sebagai seorang
Pemikir Revolutioner. Dia menganjurkan untuk memunculkan Al-Yassar Al Islami
untuk mencapai Revolusi Tauhid. Model kedua, adalah sebagai Pembaharu Tradisi
Pemikiran Klasik. Sebagai seorang reformis tradisi Islam, Hanafi adalah seorang
rasionalis. Model ketiga, adalah sebagai Penerus Gerakan Al-Afghani
(1838-1897). Al-Afghani adalah pendiri gerakan Islam modern yang disebut
sebagai perjuangan melawan imperialisme Barat dan penyatuan dunia Islam. Hanafi
pun melalui Al-Yassar Al-Islami, juga menyebutkan hal yang sama.[7]
Antropolog Islam
1)
Koentjaraningrat
Koentjaraningrat lahir
di Yogyakarta tahun 1923. Beliau lulus Sarjana Sastra Bahasa Indonesia
Universitas Indonesia pada tahun 1952. mendapat gelar MA dalam antropologi dari
Yale University (Amerika Serikat) tahun 1956, dan gelar Doktor Antropologi dari
Universitas Indonesia pada tahun 1958. Sebelum menjalani pensiun tahun 1988, ia
menjadi gurubesar Antropologi pada Universitas Indonesia. Beliau pernah pula
menjadi gurubesar luar biasa pada Universitas Gajah Mada, Akademi Hukum
Militer, Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, dan pernah diundang sebagai
gurubesar tamu di Universitas Utrecht (Belanda), Universitas Columbia,
Universitas Illinors, Universitas Ohio, Universitas Wisconsin, Universitas
Malaya, Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sociales di Paris, dan Center for
South East Asian Studies, Universitas Kyoto. Penghargaan ilmiah yang
diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Utrecht (1976)
dan Fukuoka Asian Cultural Price (1995).
Menurut beliau, dalam
menentukan dasar-dasar dari antropologi Indonesia, kita belum terikat oleh
suatu tradisi sehingga kita masih dapat memilih serta mengkombinasikan berbagai
unsur dari aliran yang paling sesuai yang telah berkembang di negara-negara
lain, dan diselaraskan dengan masalah kemasyarakatan di Indonesia.[8] Karya-karyanya yang telah diterbitkan antara
lain Atlas Etnografi Sedunia, Pengantar Antropologi, dan Keseragaman dan Aneka
Warna Masyarakat Irian Barat.
2) Parsudi
Suparlan
Prof. Parsudi Suparlan
adalah seorang Antropolog Nasional, ilmuwan sejati, yang berjasa menjadikan
Antropologi di Indonesia memiliki sosok dan corak yang tegas sebagai disiplin
ilmiah, yang tak lain adalah karena pentingnya penguasaan teori. Beliau lulus
Sarjana Antropologi dari Universitas Indonesia tahun 1964. Kemudian menempuh
jenjang MA lulus pada tahun 1972 dan PhD lulus tahun 1976 di Amerika Serikat.
Beliau mencapai gelar Guru Besar Antropologi Universitas Indonesia tahun 1998.
Menurut beliau, antropologi merupakan disiplin ilmu yang kuat, karena
pentingnya teori, ketajaman analisis, ketepatan metodologi, dan tidak hanya
sekedar mengurai-uraikan data. Selain itu, juga pentingnya pemahaman yang kuat
mangenai konsep kebudayaan dan struktur sosial.[9]
2. PEMIKIR BARAT
Sosiolog dan Antropolog
Barat yang cukup berpengaruh, dalam mengembangkan ilmu Sosiologi dan
Antropologi juga sangat banyak. Sosiolog Barat diantaranya adalah Auguste
Comte, Pierre Guillaurne Frederic Le Play, Karx Mark, Herbert Spencer,
Ferdinand Tonnies, Emile Durkheim, Max Weber, dan Charles Horton Cooley.
Sedangkan Antropolog Barat diantaranya adalah Clifford Geertz dan James
Danandjaja.
Sosiolog Barat
1) Auguste
Comte (1798 – 1857)
Tokoh yang kemudian
dikenal sebagai bapak pendiri aliran positivisme dalam ilmu-ilmu sosial ini
lahir pada tanggal 19 Januari 1798 di Montpellir, Prancis. Auguste Comte
dikenal sebagai The Father of Sociology karena sumbangannya dalam
memperkenalkan istilah sosiologi dalam bukunya yang berjudul Cours de
Philosophy Positive. Beliau berpendapat bahwa sejarah manusia adalah
mengikuti satu susunan yang mematuhi hukum tertentu. Evolusi masyarakat akan
disertai dengan kemajuan yang mewujudkan perkembangan intelektual. Comte
dikenal karena telah memperkenalkan hokum Law of Human Progress.
Dalam bukunya yang
berjudul Cours de Philosophy Positive yang terdiri atas enam jilid, ia
mengemukakan pendapatnya tentang perkembangan pikiran manusia yang terdiri atas
tiga tahap. Pertama tahap teologis, yaitu pengetahuan manusia didasarkan
pada kepercayaan akan adanya penguasa adikodrati yang mengatur dan menggerakkan
gejala-gejala alam. Kedua tahap metafisis, yaitu pengetahuan manusia
berdasar pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip abstrak yang menggantikan
kedudukan kuasa-kuasa adikodrati. Metafisika merupakan pengetahuan puncak masa
ini. Ketiga tahap positif, yaitu pengetahuan manusia berdasar atas
fakta-fakta. Berdasar observasi dan dengan menggunakan rasionya, manusia pada
tahap positif ini dapat menentukan relasi-relasi persamaan dan atau urutan yang
terdapat pada fakta-fakta. Pengetahuan positif adalah pengetahuan yang
tertinggi kebenarannya yang dicapai oleh manusia.[10]
2) Pierre
Guillaurne Frederic Le Play (1806 – 1882)
Le Play, seorang
Perancis, adalah salah seorang ahli ilmu pengetahuan kemasyarakatan
terkemuka abad ke-19. Dia berhasil mengenalkan suatu metode tertentu di dalam
meneliti dan menganalis gejala-gejala sosial yaitu dengan jalan mengadakan
observasi terhadap fakta-fakta sosial dan analisis induktif. Kemudian dia juga
menggunakan metode case study dalam penelitian-penelitian sosial.
Penelitian-penelitiannya
terhadap masyarakat menghasilkan dalil bahwa lingkungan geografis menentukan
jenis pekerjaan, dan hal ini mempengaruhi organisasi ekonomi, keluarga serta
lembaga-lembaga lainnya. Keluarga merupakan objek utama dalam penyelidikan. Dia
berkeyakinan bahwa anggaran belanja suatu keluarga merupakan ukuran kuantitatif
bagi kehidupan keluarga sekaligus menunjukkan kepentingan keluarga tersebut.
Akhirnya dikatakan bahwa organisasi sosial keluarga sepenuhnya terikat pada
anggaran keluarga tersebut. Karya-karyanya yang telah diterbitkan antara lain European
Workers (1855), Social Reform in France (1864), The Organization
of the Family (1871), dan The Organization of Labor (1872).[11]
3) Karx
Mark (1818 – 1883)
Karl Mark lahir di
Trier, Jerman pada tahun 1818 di keluarga Yahudi. Mark lebih dikenal sebagai
seorang tokoh sejarah ekonomi, ahli filsafat, dan aktivis yang mengembangkan
teori sosialisme marxisme, daripada sebagai seorang perintis sosiologi. Meskipun
demikian, sebenarnya Mark merupakan seorang tokoh sosiologi yang memberi
sumbangan tentang stratifikasi sosial dan konflik. Pemikiran Mark pun diarahkan
pada perubahan sosial besar yang melanda Eropa Barat sebagai dampak
perkembangan pembagian kerja, khususnya yang terkait dengan kapitalisme.
Menurut Mark perkembangan pembagian kerja dalam kapitalisme menumbuhkan dua
kelas yang berbeda, yaitu kelas yang terdiri atas orang yang menguasai alt
produksi (kaum bourgeoisie) dan kelas yang terdiri atas orang yang tidak
memiliki alat produksi (kaum proletar).[12]
4) Herbert
Spencer (1820 – 1903)
Herbert Spencer lahir
di Inggris pada tahun 1820. selain bidang matematika dan pengetahuan alam yang
ia tekuni, ia juga tertarik menekuni bidang ilmu sosial. Ia mengemukakan sebuah
teori tentang evolusi masyarakat dan membaginya menjadi tiga sistem, yaitu
sistem penahan, pengatur, dan pembagi. Sistem penahan berfungsi untuk
memberikan kecukupan bagi kelangsungan hidup masyarakat. Sistem pengatur
berperan memelihara hubungan antar sesama anggota masyarakat dan dengan
masyarakat lain. Sistem pembagi dapat dilihat wujudnya dalam proses
evolusi yang semakin maju. Ia memandang ketiga sistem itu dapat memainkan
peranan yang sangat penting dalam proses pembangunan sebuah negara. Paham
evolusi dari Spencer meyakini bahwa masyarakat akan berubah dari masyarakat
yang homogen dan simpel, kepada masyarakat yang heterogen dan kompleks, selaras
dengan kemajuan masyarakat. Spencer melihat bahwa masyarakat bukan sebagai satu
kelompok individu tetapi sebagai satu organisme yang hidup dan mempunyai
berbagai keinginan. Hasil karya Herbert Spencer antara lain Social Statics
(1850), The Study of Sociology (1873), dan Descriptive Sociology
(1874).[13]
5)
Ferdinand Tonnies (1855 – 1936)
Tonnies dilahirkan di
Frisia, Oldenswart, Jerman. Dia adalah anak dari suatu keluarga petani kaya.
Dia menganjurkan sosiologi untuk mengarah ke positivistik dengan penggunaan
data statistik. Sumbangannya kepada sosiologi adalah tentang pengelompokan dalam
masyarakat, dimana terdapat dua kelompok dalam masyarakat, yaitu:
a) Gemeinschaft
yang digambarkan dengan kehidupan bersama yang intim, pribadi, dan ekslusif.
Bersifat organik dan tradisional. Suatu keterikatan yang dibawa sejak lahir,
yang terbagi atas:
(1)
Gameinschaft by Blood, yang mengacu pada ikatan-ikatan kekerabatan.
(2)
Gameinschaft by Place, yang mengacu pada kedekatan letak tempat tinggal.
(3)
Gameinschaft by Mind, yang mengacu pada kebersamaan di masyarakat
masing-masing, namun masih tetap mandiri.
b) Gesellschaft
adalah kehidupan publik dalam kebersamaan di masyarakat namun masing-masing
tetap mandiri. Gesellschaft lebih bersifat struktur mekanik modern.[14]
6) Emile
Durkheim (1858 – 1917)
Durkheim yang memiliki
nama lengkap David Emile Durkheim, dilahirkan pada tanggal 15 April 1858 di
Epinal ibu kota bagian Vorges, Lorraine Prancis bagian timur. Durkheim dikenal
dengan teori solidaritas atau konsensus sosialnya. Teorinya ini tidak terlepas
dari berbagai peristiwa dan skandal yang ia saksikan di Prancis.
Teori Durkheim yang
lain adalah gagasannya mengenai kesadaran kolektif (conscience collective)
dan gambaran kolektif (representation collective). Gambaran kolektif
adalah simbol-simbol yang memiliki makna yang sama bagi semua anggota sebuah
kelompok dan memungkinkan mereka untuk merasa satu sama lain sebagai
anggota-anggota kelompok. Gambaran kolektif adalah bagian dari isi kesadaran
kolektif. Kesadaran kolektif mengandung semua gagasan yang dimiliki bersama
oleh para anggota masyarakat dan menjadi tujuan atau maksud kolektif.
Karya Durkheim dapat disebutkan antara lain, De la Division du Travail
Social: Etude des Societes Superieur (1893), Le Suicide: Etude de
Sociologique (1877) yang mengupas soal bunuh diri dalam tinjauan sosiologi
serta sebuah karya mengenai sosiologi agama berjudul Les Formes Elementaires
de la vie Religique en Australie (1912).[15]
7) Max
Weber (1864 – 1920)
Max Weber seorang
sosiolog, ahli ekonomi, sekaligus ahli ilmu politik dari Jerman. Ia
menghabiskan waktunya untuk mengajar di beberapa tempat, antara lain di Berlin,
Freiburg, Munich, dan Heidelberg. Salah satu minat besar Weber adalah
keinginannya untuk mengembangkan metodologi bagi ilmu-ilmu sosial.
Karya-karyanya sangat memberikan pengaruh terhadap para ahli ilmu sosial abad
dua puluh. Dalam analisis sosiologis ia mengajukan apa yang disebutnya sebagai
“idea types”, yakni model umum dari situasi sejarah yang dapat dipakai sebagai
dasar pembandingan antarmasyarakat. Ia melawan para penganut Marx ortodoks saat
itu yang mengatakan bahwa ekonomi merupakan faktor yang penting dan sangat
menentukan dalam kehidupan sosial.
Weber menekankan peran
nilai-nilai religius, ideologi, dan pemimpin kharismatik dalam memelihara
kondisi masyarakat. Dalam karyanya, Protestant Ethic and the Spirit of
Capitalism (1920) ia mengembangkan suatu tesis mengenai keterkaitan yang
erat antara gagasan asketis sebagaimana dikembangkan dalam Calvinisme dan
kemunculan lembaga-lembaga kapitalis. Ia merupakan tokoh yang cukup berpengaruh
dalam penggunaan statistik sosiologi dalam studi kebijakan ekonomi. Diantara
karyanya yang lain adalah Wirtschaft und Gesellschaft (Ekonomi dan
Masyarakat) serta General Economic History.[16]
8) Charles
Horton Cooley (1864 – 1929)
C. H. Cooley lahir di
Michigan, Amerika Serikat. Pada mulanya, dia belajar teknik mesin elektro,
kemudian dia juga belajar ekonomi. Setelah lulus akademis dia bekerja di
pemerintahan seperti di Departemen Komisi Pengawas, kemudian juga di Kantor
Sensus. Pada tahun 1892, dia menjadi dosen ilmu ekonomi, politik, serta
sosiologi di Universitas Michigan. Cooley tergolong dalam sosiolog
interaksionisme simbolik klasik. Sumbangannya kepada sosiologi tentang
sosiologi dan interaksi. Menurutnya, diri (self) seseorang berkembang
melalui interaksi dengan orang lain lewat analogi diri yang melihat cermin (looking
glass self), yaitu diri seseorang memantulkan apa yang dirasakannya sebagai
tanggapan masyarakat terhadapnya. Cooley juga memperkenalkan konsep primary
group, yaitu kelompok yang ditandai oleh pergaulan dan kerja sama, serta tatap
muka yang intim.[17]
Cooley dalam
mengemukakan teorinya terpengaruh oleh aliran romatik yang mengidamkan
kehidupan bersama, rukun, dan damai, sebagaiman dijumpai pada
masyarakat-masyarakat yang masih bersahaja. Dia prihatin melihat
masyarakat-masyarakat modern yang telah goyah norma-normanya, sehingga
masyarakat-masyarakat bersahaja merupakan bentuk ideal yang terlalu
berlebih-lebihan kesempurnaannya. Hasil karyanya antara lain uman Nature and
Social Order (1902), Social Organization (1909), dan Social
Process (1918).[18]
Antropol Barat
1) Clifford
Geertz (1926 – 2006)
Profesor Clifford
Geertz adalah seorang tokoh antropologi asal Amerika Serikat. Beliau dijuluki
sebagi Tokoh Antropologi Segala Musim. Hal ini dikarenakan pemikirannya yang
selalu mengikuti zaman. Karyanya yang berjudul The Religion of Java adalah
suatu karya yang berciri kuat structural-fungsionalisme klasik. Geertz juga
diakui sebagai salah satu pembuka jalan bagi pemikiran postmodernisme dalam
ilmu-ilmu sosial. Hampir dalam setiap karya dan perbincangan teori antropologi
di dunia mengutip karya-karyanya, sekalipun perbincangan tersebut
mengkritik/kontra dengan pemikirannya. Salah satu pemikirannya yang mengandung
relevasi dan merefleksikan kondisi masyarakat dan kebudayaan kota masa kini
adalah tesis tentang involusi pertanian yang dapat dilacak dalam buku Agricultural
Involution, The Process of Ecological Change in Indonesia (1963).[19]
2) James
Danandjaja (1934 – …)
James Danandjaja
dilahirkan di Jakarta 13 April 1934. Beliau adalah tokoh Folklor Nusantara yang
pertama. Bagian budaya yang bernama folklor itu berupa bahasa rakyat, ungkapan
tradisional, teka-teki, legenda, dongeng, lelucon, nyanyian rakyat, seni rupa,
dan lain sebagainya. Ilmu tentang folklor ia perkenalkan kepada mahasiswa
jurusan Antropologi FISIP Universitas Indonesia sejak tahun 1972. pada mata
kuliah tersebut, para mahasiswa antara lain ditugasinya mengumpulkan berbagai
folklor di tanah air. Hasil pengumpulan itulah, antara lain yang ia gunakan
untuk bukunya. Ia mendapatkan Master dari Universitas Berkeley tahun 1971
dengan karya tulis yang kemudian diterbitkan sebagai buku, An Annotated
Bibliography of Javanese Folklore. Gelar Doktor dalam bidang
Antropologi Psikologi ia peroleh dari Universitas Indonesia tahun 1977, dengan
disertasi Kebudayaan Petani Desa Trunyan di Bali. Buku lain karya Jimmi
adalah Pantomim Suci Betara Beratak dari Trunyan, Bali dan Upacara
Lingkaran Hidup di Trunyan, Bali, serta Folklor Indonesia.[20]
[1] Niniek Sri Wahyuni dan Yusniati. Manusia
dan Masyarakat. Jakarta: Ganeca Exact. 2004. hlm. 2.
[2] Abu Dzar Al Ghifari Jr. Abu Dzar: Legenda
Ulung Penentang Kezaliman, (Online), (http://putraaceh.multiply.com,
diakses 20 April 2008).
[3] Arif Rohman. Sosiologi. Klaten: PT
Intan Pariwara. 2003. hlm. 109-110.
[4] Ibnu Khaldun dan Pemikirannya,
(Online), (http://uin-suka.info,
diakses 3 Mei 2008).
[5] Prof Dr KPH Selo Soemardjan, (Online),
(http://www.solusihukum.com,
diakses 20 April 2008).
[6] Niniek Sri Wahyuni dan Yusniati. Manusia
dan Masyarakat. Jakarta: Ganeca Exact. 2004. hlm. 5.
[7] Zulfi Mubarak. Sosiologi Agama: Tafsir
Sosial Fenomena Multi-Religius Kontemporer. Malang: UIN Malang Press. 2006.
hlm. 241-244.
[8] Koentjaraningrat. Pengantar Antropologi I,
cet. III. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2005. hlm. 6-7.
[9] Achmad Fedyani Saifuddin. 2007. Orbituari:
Pendekar itu Telah Pergi, (Online), (http://cabiklunik.blogspot.com,
diakses 20 April 2008).
[10] Arif Rohman. Sosiologi. Klaten: PT
Intan Pariwara. 2003. hlm. 72.
[11] Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2005.
hlm. 401-402.
[12] Kamanto Sunarto. Pengantar Sosiologi.
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2004. hlm. 4.
[13] Arif Rohman. Sosiologi. Klaten: PT
Intan Pariwara. 2003. hlm. 110.
[14] Priyo Sudarmanto. (Online), (http://yoyoksiemo.blogspot.com,
diakses 20 April 2008).
[15] Arif Rohman. Sosiologi. Klaten: PT
Intan Pariwara. 2003. hlm. 43.
[16] Ibid, hlm. 44
[17] Priyo Sudarmanto. (Online), (http://yoyoksiemo.blogspot.com,
diakses 20 April 2008).
[18] Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2005.
hlm. 401.
[19] Kompas. 2006. Refleksi Pemikiran Geertz:
Involusi Pertanian, Involusi Kita, (Online), (http://indobic.or.id,
diakses 20 April 2008).
[20] James Danandjaja, (Online), (http://www.ghabo.com,
diakses 3 Mei 2008).
SUMBER : http://blog.uin-malang.ac.id/nita/2011/01/27/tokoh-tokoh-sosiologi-dan-antropologi-di-dunia/